Laman

selamat datang

selamat datang di blog fotografi

Selasa, 05 Juli 2011

TRIPOT: PAMERAN BULANAN (JULI)

TRIPOT: PAMERAN BULANAN (JULI): "Sebagai lanjutan dari diskusi fotografi yang di lakukan pada tanggal 4 juli 2011 di sekretariat Tripot photography. SDM tripot mengadakan PA..."

Sabtu, 25 Juni 2011

Asal mula Fotografi

86 Fotografi berasal dari bahasa Inggris photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu"Fos" Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.


Sejarah fotografi
Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:

Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826.


Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839


Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861


Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877.


High speed photography, Muybridge, 1878

Citra hasil pemindaian komputer digital, 1957
• 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.[1]
• 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama,[1] yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
• 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
• 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
• 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
• 1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
• 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
• 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
• 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
• 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
• 1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
• 1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.
• 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.
• 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
• 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.
• 1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
• 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
• 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
• 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
• 1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
• 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
• 1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.
• 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.
• 1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
• 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.
• 1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
• 1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.
• 1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
• 1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
• 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.
• 1934 – The 135 film cartridge was introduced, making 35mm easy to use.
• 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
• 1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
• 1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
• 1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.
• 1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
• 1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
• 1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
• 1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.
• 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
• 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.
• 1952 – Era 3-D film dimulai.
• 1954 – Leica M diperkenalkan.
• 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
• 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). [2]
• 1959 – Nikon F diperkenalkan.
• 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
• 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
• 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
• 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
• 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.
• 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.
• 2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.
• 2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.
• 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
• 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.[2]
Jenis Kamera
• (en:Camera obscura)
• (en:Analog camera) Kamera analog
• (en:Box camera)
• (en:Brownie camera) Kamera Brownie
• (en:Cinématographe)
• (en:Digital camera) Kamera digital
• (en:Folding camera) Kamera folding
• (en:Instant image camera)
• (en:Kinetoscopic camera) Kamera kinetoskopis
• (en:Large format camera) Kamera format besar
• (en:Lomo camera)
• (en:Mammoth camera)
• (en:Medium format camera) Kamera format medium
• (en:Pocket camera) Kamera saku
• (en:Point&Shoot camera)
• (en:Prosumer camera)
• (en:Rapatronic camera)
• (en:Rotating camera)
• (en:Single lens reflex (SLR) camera) Kamera SLR
• (en:Stereo camera)
• (en:Twin lens reflex (TLR) camera)
• (en:View camera)
Tokoh fotografi
Albert Bierstadt * Alex Mendur * Alfred Stieglitz * André Adolphe Eugène Disdéri * Andreas Darwis Triadi * Angelo Sala * Ansel Easton Adams * Art Wolfe * Arthur Korn * Brett Weston * Charles Babbage * Charles Mees * Charlie Waite * David Doubilet * Dennis Gabor * Dorothea Lange * Eadweard Muybridge * Edward Bausch * Edward Weston * Étienne Jules Marey * Eugene Smith * Erich Salomon * Ernest Hoff * Ernst Haas * Frans Lanting * Frans Sumarto Mendur * Galen Rowell * Gemma Fricius * George D. Lepp * George Eastman * Giambattista della Porta * Hannah Hoch * Hannibal Goodwin * Harold Edgerton * Henry Cartier Bresson * Henry J. Newton * Humphrey Davy * Imogen Cunningham * John Shaw * John Mullin * Johann Heinrich Schulse * Jonas Ferdinand Gabriel Lippmann * Joseph Nicéphore Niépce * Kassian Cephas * Konrad Zuse * Louis Ducos du Hauron * Louis-Jacques-Mandé Daguerre * Lewis W. Hine * Max Ernst * Raoul Hausmann * Redika Yudha Kurniadi * Richard Maddox * Robert Frank * Russell Kirsch * Silvester Adi Surya * Thomas Alva Edison * Thomas Moran * Thomas Wedgwood * Tim Flach * Willard Van Dyke * William Albert Allard * William Henry Fox Talbot * Yasujiro Niwa * Yevgeny Khaldei

Referensi
1. The First Photograph - Heliography. Diakses pada 29 September 2009 Kutipan: from Helmut Gernsheim's article, "The 150th Anniversary of Photography," in History of Photography, Vol. I, No. 1, January 1977: ... In 1822, Niépce coated a glass plate ... The sunlight passing through ... This first permanent example ... was destroyed ... some years later.

sumber: http://yonazfirnando.blogspot.com/2010/02/asal-mula-fotografi.html

Selasa, 14 Juni 2011

Menguak Pesona Alam Gunung Tambora

Menguak Pesona Alam Gunung Tambora


GUNUNG Tambora dengan ketinggian hanya 2.851 mdpl (meter di atas permukaan laut) mampu memikat hati para pendaki dengan pesona alamnya yang sangat unik. Lebar kawah Gunung Tambora tujuh kilometer, keliling kawah 16 kilometer, dan kedalaman kawah dari puncak sampai dasar kawah kedalaman 800 me

ter, sehingga kawah Gunung Tambora terkenal dengan The Greatest Crater in Indonesia (Kawah Terbesar di Indonesia) akibat dari adanya letusan terdahsyat di dunia terkenal dengan The Largest Volcanic Eruption in History. Selain itu keindahan Gunung Tambora lainnya adalah padang pasir luas di sepanjang bibir kawah yang ditumbuhi bunga Edelweiss kerdil sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter dengan jarak masing-masing berjauhan sekitar dua meter sampai 100 meter. Juga adanya keindahan batuan-batuan berlapis dan pada bagian atasnya datar seperti meja menjadikan fenomena alam yang menakjubkan. Ada pula lapisan batuan sepanjang tebing kawah yang berlapis-lapis yang tak bisa dilewatkan adalah keindahan yang bisa dinikmati di puncak Gunung Tambora, dengan pemandangan kawah, lautan, Pulau Satonda, padang pasir luas yang indah. Gunung Tambora termasuk salah satu gunung yang indah di Indonesia, tentunya dengan fenomena alam yang menakjubkan.
Gunung Tambora secara administratif terletak di Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, dan secara geografis terletak antara: 8o – 25′LS dan 118o – 00′ BT dengan ketinggian antara 0-2.851 mdpl, gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kawasan Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu: Tambora Utara Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Selatan Hunting Park dengan luas 30.000 hektar.
Tambora Utara Wildlife Reserve dengan ketinggian antara 1.000 sampai 2.281 mdpl sebagai kawasan yang penting karena berfungsi sebagai daerah tangkapan air Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, dan sangat berpotensial untuk menjadi tempat wisata karena ciri-ciri geologi-nya sangat berbeda dengan kawasan lainnya. Juga sebagai tempat perlindungan satwa (wildlife sanctuary). Tambora Selatan Hunting Park dengan ketinggian antara 500 sampai 2.820 mdpl sebagai kawasan yang dikelola secara khusus untuk daerah berburu. Kawasan Gunung Tambora sangat kaya dengan kekayaan flora maupun fauna. Jenis-jenis flora yang paling banyak dijumpai, antara lain: alang-alang (Imperata cylindricca), Dendrocnide stimulans, Duabanga molluccana, Eugenia sp, Ixora sp, edelweiss (Anaphalis viscida), perdu, anggrek, jelatan/daun duri. Jenis-jenis fauna yang banyak dijumpai, antara lain: menjangan/rusa timor (Cervus timorensis), babi hutan (Sus scrofa), kera berekor panjang (Macaca fascicularis), lintah (Hirudo medicinalis), agas.
***
Gunung Tambora termasuk tipe gunung strato vulkanik, gunung tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 4.000 mdpl terkenal dengan peristiwa pada tanggal 5 April 1815 letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah. Letusan dahsyat gunung tersebut telah menyemburkan materi paling banyak dalam sejarah manusia, diperkirakan menyemburkan sebanyak 36 mil kubik, menciptakan kawah dengan diameter tujuh kilometer dengan kedalaman kawah 800 meter, dan keliling kawahnya 16 kilometer, mengalahkan letusan Gunung Krakatau yang menyemburkan lima kilometer kubik dan letusan tersebut menimbulkan lubang kawah selebar lima kilometer dengan kedalaman kawah 500 meter. Ledakan dahsyat tersebut menyebabkan Gunung Tambora dengan ketinggaian di atas 4.000 mdpl menjadi 2.851 mdpl.
Debu halus yang disemburkan dari letusan Gunung Tambora menutupi langit di atas wilayah yang luas sekali dengan radius 200 mil yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi hujan abu di kawasan seluas 900 mil. Hal yang menarik dari peristiwa ini adalah lapisan debu yang menyembur ternyata telah menghambat sinar Matahari untuk mencapai Bumi yang mengakibatkan terjadinya perubahan musim secara tiba-tiba di beberapa bagian Bumi dan temperatur udara mengalami perubahan drastis di dunia. Pada musim panas tahun 1815 di belahan Bumi sebelah utara menjadi musim dingin karena kurangnya sinar matahari yang mampu menembus ke Bumi. Masyarakat di Pulau Sumbawa mengalami kelaparan. Tanah pertanian tertutup debu dan tidak bisa diolah sehingga dalam waktu singkat sekitar 700.000 sampai 80.000 penduduk tewas karena kelaparan yang melanda Pulau Sumbawa dan juga Pulau Lombok.
Sebelumnya pernah terjadi pula letusan Gunung Tambora pada tahun 1812 sehingga penduduk Sanggar menyaksikan kejadian tersebut, walaupun tidak sedahsyat tahun 1815. pada tanggal 5 April 1815 dentuman letusan gunung ini terdengar sampai ke Jakarta (1.250 kilometer) dan Ternate (1.400 kilometer). Hujan abu pertama jatuh di Besuki, Jawa Timur. Pada tanggal 10 dan 11 April 1815 dentuman letusan Gunung Tambora terdengar sampai ke Pulau Bangka (1.500 kilometer) dan Bengkulu (1.775 kilometer) dan gempa bumi yang terjadi bersamaan dengan letusan gunung ini terdengar sampai Surabaya (600 kilometer) dan mengakibatkan 92.000 orang meninggal dunia. Jumlah ini lebih banyak daripada jumlah korban letusan Gunung Krakatau yaitu sejumlah 36.000 orang.
***
KALAU melakukan pendakian ke Gunung Tambora sebaiknya melalui jalur resmi, yang relatif lebih aman dari jalur lain, untuk menuju ke Dusun Pancasila dengan menggunakan armada darat dari Cabang Banggo (baca: cabang Mbanggo) Kabupaten Sanggar dapat ditempuh selama dua jam 15 menit. Para pendaki sebaiknya menginap di basecamp Bapak Lewah, Kepala Dusun Pancasila, atau menginap di rumah Bapak M Yusuf (babe), seorang guide pendakian Gunung Tambora yang sangat berpengalaman mengenai seluk-beluk dan sejarahnya Gunung Tambora. Dari Dusun Pancasila menuju ke Pos I dapat ditempuh selama satu jam, di Pos I tersebut terdapat sebuah pondok dan sekitar 20 meter terdapat mata air berbentuk sumur dengan airnya yang jernih, Kemudian dari Pos I menuju ke Pos II dapat di tempuh selama satu jam, di pos tersebut terdapat tempat datar untuk beristirahat dan sekitar lima meter dari tempat tersebut terdapat sungai kecil yang mengalirkan air jernih. Dari Pos II melanjutkan perjalanan kembali menuju ke Pos III dengan melalui hutan yang lebat dapat ditempuh selama tiga jam. Di Pos III tersebut ada tanah datar luas, terdapat pula pondok untuk tempat berteduh para pemburu rusa timor, adapun cara berburunya yaitu dengan menggunakan anjing sebagai pelacak dan menggunakan senapan laras panjang. Di Pos III tersebut merupakan mata air terakhir untuk mengambil air.
Dari Pos III menuju ke Pos IV melalui medan hutan lebat dan ditempuh selama satu jam, kemudian dari Pos IV menuju ke Pos V dapat ditempuh selama 30 menit, kemudian dari Pos V menuju ke Bibir Kawah dapat ditempuh selama dua jam, dengan melalui vegetasi yang beralih dari vegetasi hutan ke vegetasi Edelweiss dan dari vegetasi Edelweiss menuju padang pasir. Selama perjalanan kita akan menikmati keindahan alam yang menakjubkan dengan melalui jalur berpasir di kanan-kirinya melihat keunikan bunga Edelweiss yang berbeda dengan di gunung-gunung lain yaitu bunga tersebut sangat pendek sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter dengan letaknya masing-masing berjauhan sekitar dua meter sampai 100 meter. Juga adanya jenis rerumputan dengan tinggi sekitar satu meter sampai 1,5 meter membentuk barisan-barisan.
Selain itu ada batuan berlapis yang banyak dijumpai di padang pasir dengan bagian atasnya datar seperti meja yang lebar. Batuan berlapis tersebut telah mengalami proses perlapisan batuan akibat dari adanya lelehan lahar setelah berkali-kali gunung tersebut meletus. Lelehan lahar itu kemudian mengalami proses pembekuan serta proses pembatuan. Dalam kurun waktu lama pada bagian-bagian lapisan batuan yang kurang keras mengalami proses pengeroposan (korosi) kemudian hancur menjadi hamparan pasir atau sering disebut padang pasir. Sedang pada bagian-bagian batuan yang keras menjai batuan yang berlapis-lapis dan pada bagian atasnya datar dengan jarak masing-masing batu sekitar 10 meter lebih dengan ketinggian yang sama pada masing-masing batuan berlapis tersebut.
Setelah sampai di bibir kawah para pendaki dapat menikmati pemandangan yang indah kawah Doro Afi Toi (dari bahasa Bima, sebuah nama kawah Gunung Tambora yang terkenal dengan letusan dahsyat yang mengalahkan letusan dasyat Gunung Krakatau, juga dapat melihat lapisan batuan di sepanjang tebing kawah Doro Afi Toi. Perjalanan dari bibir kawah menuju ke Puncak Gunung Tambora ditempuh selama satu jam 30 menit dengan melalui hamparan padang pasir dan di kanan kiri terdapat bunga Edelweiss serta batuan berlapis. Sesampainya di Puncak Gunung Tambora dengan ketinggian 2.851 mdpl para pendaki akan lebih leluasa menikmati pemandangan yang indah, salah satunya pesona kawahnya yang sangat lebar dengan adanya telaga hijau di dasar kawah akibat letusan terdasyat dalam sejarah sehingga dapat menghasilkan fenomena alam yang menakjubkan.
***
ASAL mula nama Gunung Tambora menurut cerita turun temurun ada dua versi, yaitu: Pertama, berasal dari kata lakambore dari bahasa Bima yang berarti mau ke mana, untuk menanyakan tujuan bepergian kepada seseorang. Kedua, dari kata ta dan mbora, dari bahasa Bima, kata “ta” yang berarti mengajak, dan kata “mbora” yang berarti menghilang, sehingga arti kata Tambora secara keseluruhan yaitu mengajak menghilang.
Ini berasal dari cerita turun temurun, dahulu ada seseorang sakti yang pertama kali ke gunung tersebut (sekarang Gunung Tambora), bertapa dan tidak diketemukan lagi karena telah menghilang di gunung tersebut. Kalau istilah bahasa Jawa-nya moksa, yaitu menghilang jasadnya secara tiba-tiba dan bisa dilihat oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan dalam melihat roh halus. Kemudian orang sakti yang menghilang tersebut pernah menampakkan diri di sebuah pulau yang terletak di sebelah barat laut Pulau Sumbawa juga dapat terlihat dari puncak Gunung Tambora. Maka pulau tersebut dinamai Pulau Satonda dari kata tonda yang berarti tanda/jejak kaki. Pulau tersebut dapat dilihat dari puncak Gunung Tambora, tampak dari atas berbentuk telapak kaki kanan manusia. Pulau Satonda sangat indah dengan pemandangannya yang masih alami, di tengah-tengah pulau tersebut terdapat danau yang jernih dan dikelilingi oleh tebing-tebing dari perbukitan yang masih alami. Diduga danau di Pulau Satonda tersebut mempunyai terowongan dari gua bawah laut menyambung dengan laut. Pulau Satonda dengan ketinggian antara 0 sampai 300 mdpl merupakan taman rekreasi (recreation park) dengan wilayah seluas 1.000 Ha mempunyai ciri-cirinya yang unik.
Sekarang pulau tersebut telah menjadi kawasan yang dilindungi (strict nature reserve). Pulau Satonda sangat baik untuk menjadi tempat untuk mempelajari hutan, karena hutan di pulau tersebut hancur akibat letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Juga banyak ditemukan jenis-jenis ikan yang baru dan hanya ditemukan di Danau Satonda saja. Pulau tersebut menjadi habitat sejumlah besar jenis-jenis burung yang dilindungi. Kesemua keindahan alam yang menjadi satu kesatuan menciptakan suatu fenomena indah, unik.
Pesona alam di Gunung Tambora makin menambah keelokan panorama alam Indonesia. Kita semua wajib untuk mengenali dan melestarikannya. Alam Indonesia menjadi obyek penelitian yang sangat menarik oleh para ilmuwan.

Selasa, 24 Mei 2011

LAPANGAN UDARA PALIBELO

Perjanjian Bongaya yang bersejarah itu sama sekali tidak berhasil menaklukan Sultan Bima Abdul Khair Sirajuddin dengan Karaeng Bonto Maranu. Dua pejuang yang seharusnya menjadi Pahlawan Nasional itu terpaksa bergerilya untuk melawan kekuasaan Kompeni. Admiral C. Speelman sama sekali tidak berhasil mengurung Abdul Khair Sirajuddin.

Bahkan sebaliknya yang terjadi. Karaeng Bonto Maranu dengan sisa lasykarnya yang dari Gowa mendirikan basis untuk melanjutkan perang gerilya dengan Kompeni di pesisir selatan teluk Bima. Sementara di laut flores, pasukan Abdul Khair Sirajuddin terus mengganggu lalu lintas perdagangan kompeni di luar Jawa dan laut Flores. Kapal Dagang Kompeni yang berlayar di perairan itu dirompak. Kompeni kehilangan akal dan kendali.
Lasykar Gerilya itu disebut Tabelo. Tapi pada perkembangan berikutnya menjadi Pabelo. Lama kelamaan pengucapan dan penyebutan masyarakat menjadi berubah sehingga bernama Palibelo ( Pali = Lapangan, Belo adalah potongan kata Tabelo atau Pabelo). Pada masa pendudukan Jepang Palibelo menyimpan romantika dan kenangan sejarah yang paling pahit. Untuk persiapan pendaratan pesawat-pesawat tempur Jepang, hamparan tanah di palibelo dijadikan landasan. Warga Bima dan sekitarnya dikerahkan untuk Romusha. Korban berjatuhan dan tak terhitung jumlahnya karena kelelahan dan kelaparan. Namun sisa-sisa darah parah syuhada itu pada masa kemerdekaan menjadi lapangan udara.
Kini Palibelo menjadi salah satu dari 18 kecamatan di Kabupaten Bima hasil pemekaran kecamatan sejak tahun 2006. Dan di kecamatan Palibelo inilah membentang Bandara Udara Muhammad Salahuddin. Nama sultan Bima yang terakhir yang telah mengorbankan segenap usianya untuk Kemerdekaan Indonesia. Disamping terkenal dengan Bandaranya, kecamatan Palibelo juga dikenal dengan produksi bandeng dari tambak-tambak rakyat. Salah satu yang menjadi makanan Favorit dan oleh-oleh warga dan para tamu adalah Bandeng Presto dan Bandeng Bakar di warung-warung makan de depan atau sebelah Timur Bandara Muhammad Salahuddin Bima.
DARI BERBAGAI SUMBER

porfolio foto





Minggu, 22 Mei 2011

warisan aksara Bima - NTB yang telah hilang, kini telah kembali

Sejarah mencatat bahwa Bima memiliki Aksara yang pernah dipakai oleh masyarakat Bima ratusan tahun yang lalu. Hal ini tentunya merupakan sebuah kelalaian sejarah karena warisan yang berharga itu sempat hilang dan sebagian ada di negeri Belanda. Namun berkat kegigihan Hj. Siti Maryam Rachmat M. Salahuddin (Puteri dari Sultan Muhammad Salahuddin Bima), naskah Aksara Bima itu kembali ditemukan.

Menurut Ina Ka’u Mari (panggilan Akrabnya), pada sekitar tahun 1987 beliau menemukan satu naskah di Perpustakaan Museum Nasional RI di Jakarta dalam bentuk selembar dokumen yang merupakan hasil dari laporan perjalanan seorang peneliti Belanda yang bernama Zolinger. Peneliti Belanda itu memang pernah melakukan perjalanan ke Bima dan Sumbawa pada bulan Mei hingga Desember 1847. Dokumen tersebut berjudul Bahasa Bima Yang Telah Hilang. Aksara Bima juga ditulis dalam Buku RAFFLES yang berjudul THE HISTORY OF JAVA(1878). Lalu pada tahun 1990 hingga 1991, seorang guru besar dari Universitas Leiden Belanda yang juga seorang ahli bahasa dan aksara Bugis bernama J.Noorduyn datang ke Mataram dengan tujuan khusus bertemu dengan Ina Ka’u Mari untuk memperlihatkan dokumen foto kopi dokumen yang kala itu tertulis di atas lontar yang tersimpan rapi di Leiden.

Aksara dalam dokumen yang ditemukannya tersebut, bukan Aksara Bugis dan peneliti itu tidak bisa membacanya. Setelah itu dilakukan penelitian yang intensif dan ternyata yang dibawa Noorduyn itu adalah Aksara Bima yang kebetulan juga ada sebagian aksara yang masih tercecer di Museum Samparaja Bima maupun di Museum Nasional RI Jakarta. Hasilnya huruf-huruf dalam naskah itu dipadukan dan dikaji satu persatu di Universitas Leiden. Kemudian dibawa kembali ke Bima untuk dikaji lagi. Dan hasilnya luar biasa, terangkailah Kalimat Bahasa Bima dengan aksaranya A sampai Z. Aksara Bima baru dapat dideklarasikan pada tahun 2007 pada acara penutupan Simposium Internasional Penaskahan Nusantara XI yang dilaksanakan di Bima. Kini Aksara Bima telah dimanfaatkan sebagai bahan muatan lokal untuk sekolah-sekolah di kabupaten maupun Kota Bima serta untuk kalangan umum.

@saveBima
( berbagai sumber )